Perlakuan PSAK 24 vs SAK ETAP pada Laporan Keuangan

“Memilih standar akuntansi yang tepat bukan hanya soal kepatuhan, tapi strategi pengelolaan kewajiban jangka panjang.”

Di tengah kompleksitas pelaporan keuangan, pertanyaan kritis sering muncul: standar mana yang harus diterapkan untuk pencatatan imbalan kerja—PSAK 24 atau SAK ETAP? Jawabannya tidak sesederhana memilih salah satu, melainkan memahami profil bisnis, skala operasional, dan akuntabilitas publik perusahaan Anda.

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) 24 memberikan pedoman komprehensif mengenai pengakuan, pengukuran, dan penyajian imbalan kerja dalam laporan keuangan, yang wajib diterapkan oleh entitas dengan akuntabilitas publik signifikan. Standar ini berlandaskan IAS 19 (International Accounting Standard 19) tentang imbalan kerja, lengkap dengan persyaratan lebih rinci dalam pengungkapan dan perhitungan kewajiban pasca kerja.

Sementara, SAK untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik meniru kerangka IFRS for SMEs (International Financial Reporting Standards for Small and Medium-sized Entities), namun disesuaikan dengan regulasi dan praktik bisnis di Indonesia.

Bagaimana Perlakuan Keduanya dalam Laporan Aktuaria?

Jawabannya tergantung pada profil perusahaan Anda. Berikut peta klasifikasinya untuk membantu Anda memutuskan.

Kriteria PSAK 24 SAK ETAP
Profil Perusahaan Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan (perusahaan terbuka, bank, BUMN) UKM tanpa akuntabilitas publik signifikan
Regulasi Penyusunan Wajib berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2020 (UU Cipta Kerja) dan PSAK 24 revisi 2016 Diatur dalam SAK ETAP Bab 23
Kompleksitas Perhitungan Metode aktuarial lengkap (Projected Unit Credit), asumsi terperinci Penyederhanaan metode aktuarial, fleksibilitas input
Contoh Penerapan PT Telkom, Bank Mandiri, Pertamina UMKM manufaktur, startup fase awal, koperasi

Beda Metode Perhitungan: Detail vs Praktis

PSAK 24 mengharuskan perhitungan nilai kini kewajiban menggunakan metode Projected Unit Credit (PUC) dengan asumsi kompleks:

  • Tingkat diskonto

  • Kenaikan gaji masa depan

  • Harapan hidup karyawan
    Contoh: Perusahaan wajib tunjukkan biaya jasa lalu (kenaikan kewajiban atas jasa periode sebelumnya) di laporan laba rugi.

  • Pelaporan keuangan menuntut pengungkapan lengkap seperti:

    • Nilai wajar aset program pensiun

    • Sensitivitas perubahan asumsi aktuarial

    • Risiko imbalan pasca kerja
      Akibat: Laporan keuangan >50 halaman, tapi transparan untuk investor.

SAK ETAP mengizinkan penyederhanaan:

  • Penggunaan asumsi dasar (misal: tingkat diskonto = bunga deposito)

  • Perhitungan manual tanpa aktuaris untuk UMKM
    Contoh: UKM boleh hitung pesangon hanya berdasarkan UU Ketenagakerjaan Pasal 156 tanpa proyeksi aktuarial.

  • Pelaporan keuangannya mewajibkan:

    • Total beban imbalan kerja periode berjalan

    • Karakteristik program pensiun (tanpa rincian aktuarial)
      Akibat: Penghematan biaya konsultan hingga Rp 40 juta/tahun untuk UKM.

Studi Kasus: Menghitung Pesangon di Dua Skenario

Kasus: PT A (pemakai PSAK 24) vs UMKM B (pemakai SAK ETAP) dengan karyawan masa kerja 12 tahun, gaji Rp 10 juta/bulan.

Komponen PT A  UMKM B 
Dasar Perhitungan Proyeksi kenaikan gaji 5%/tahun + tingkat diskonto 8% Gaji saat ini (Rp 10 juta)
Formula
Hasil Rp 1,2 miliar (termasuk proyeksi kenaikan gaji) Rp 50 juta
Pencatatan Diakui sebagai liabilitas jangka panjang di neraca Dibebankan saat pemutusan hubungan kerja

Risiko Jika Salah Pilih Standar

  • Overstatement/Understatement Liabilitas: Penggunaan SAK ETAP di perusahaan publik berisiko understatement liabilitas pensiun hingga 30%.

  • Sanksi Regulasi: OJK menjatuhkan denda bagi emiten yang menggunakan standar akuntansi yang tidak adaptif terhadap kondisi perusahaan itu sendiri.

  • Kesalahan Tax Planning: Pembiayaan DPLK tidak optimal jika tidak sesuai standar.

Panduan Memilih: 3 Pertanyaan Kunci

  1. Apakah perusahaan Anda go public atau memiliki utang obligasi?
    → Jika ya, wajib PSAK 24.

  2. Apakah aset perusahaan di atas Rp 50 miliar?
    → Jika ya, pertimbangkan PSAK 24 meskipun bukan publik.

  3. Apakah punya tim akuntan dan akses ke aktuaris?
    → Jika tidak, SAK ETAP lebih realistis.

Jadi Tidak Ada “Satu Ukuran untuk Semua”

Kedua standar akuntansi ini bukan kompetitor, melainkan tools berbeda untuk kebutuhan berbeda. Seperti memilih mobil—sedan untuk jalan tol, pickup untuk medan berat.

“Kepatuhan bukan tujuan akhir, melainkan alat mencapai transparansi dan kelangsungan bisnis.”

Gunakan PSAK 24 jika:

  • Anda perusahaan terbuka

  • Punya sumber daya akuntansi memadai

  • Butuh transparansi untuk investor global

Gunakan SAK ETAP jika:

  • Anda UKM non-publik

  • Mengutamakan efisiensi biaya

  • Operasional tidak kompleks

Dengan menerapkan standar yang sesuai, Anda tidak hanya memastikan kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga menciptakan sistem imbalan kerja yang transparan dan berdaya tahan untuk perusahaan Anda. Jika tenggat pelaporan keuangan sudah di depan mata, jangan ragu untuk mendiskusikan kebutuhan laporan aktuaria Anda bersama kami—aktuaris publik dari KKA Nirmala siap membantu.

Hubungi kami sekarang untuk solusi cepat, analisis mendalam, dan dukungan berkelanjutan sesuai kebutuhan strategis, dalam setiap tahap audit keuangan Anda.

Share your love

Chat with Us!